Monday, February 29, 2016

Cara Merawat & Memangkas Tanaman Cabai

Cara Merawat & Memangkas Tanaman Cabai

Jika anda potong tanama cabai pada usia muda, maka hal itu akan mendorong tanaman untuk tumbuh lebih rimbun dan tinggi. Dengan melakukan pemangkasan ini, akan memperkuat dan menebalkan batang untuk membantu produksi buah lebih lebat kemudian hari. Saya sudah melihat banyak kasus bahwa produksi buah cabai jauh lebih lebat dengan cara membuat tanaman untuk fokus pada pembentukan akar dan cabang tambahan yang lebih banyak pada batang utama tanaman. Pemangkasan tanaman cabai ini sangat penting untuk memfokuskan energi tanaman pada pembentukan akar dan cabang. Meski pertumbuhan akan sedikit memakan waktu yang lebih lama karena tanaman akan menjalani fase vegetatif yang berkepanjangan sebelum akhir nya memasuki fase generatif, namun saya pastikan anda tidak akan kecewa dengan hasil nya. Tanaman akan tumbuh lebih kuat, lebih lebat, dan anda bisa mengatur kapan tanaman siap untuk dibuahkan.
Alasan tepat untuk memangkas tanaman cabai anda jika tanaman muda terserang berbagai penyaklit baik yang menular maupun yang tidak. Dengan pemangkasan berat dan sedikit treatment maka tanaman muda anda akan kembali sehat dan tumbuh lebih subur lagi pada akhirnya. Pemangkasan juga mencegah suatu penyakit menular ke tanaman lain.
Yang perlu diperhatikan sebelum memangkas tanaman cabai anda adalah mengetahui karakter dan tipe jenis cabai anda dengan menanyakan pada penjual benih dimana anda membeli benih tersebut. Yang bisa dipangkas untuk menambah produksi adalah jenis Perennial Chili Plant, selain itu yakni Annual Chili sangat tidak disarankan untuk dipangkas karemna akan mengurangi hasil produksi. Berikut pedoman type pertumbuhan beberapa tanaman cabai yang perlu anda ketahui.
Perennials (Tumbuh Secara Menahun)
C. chinense Adjuma • Ají dulce • Bhut jolokia • 'Carolina Reaper' • Datil • Fatalii • Habanero • Hainan yellow lantern • 'Madame Jeanette' • 'Naga Morich' • 'Red Savina' habanero • Scotch bonnet • Trinidad moruga scorpion • Trinidad scorpion 'Butch T'
C. frutescens African bird's eye • Kambuzi • Malagueta • Siling labuyo • Tabasco
C. baccatum Ají • Bishop's crown • Lemon drop • Peppadew
C. pubescens Rocoto pepper
Annuals (Tumbuh Semusim)
C.annum var. annum Aleppo • Banana pepper • Bell pepper • Bird's eye • Cascabel • Cayenne • Chilaca • Chungyang red pepper • Cubanelle • De árbol • Dundicut • Espelette • Facing heaven • Fresno • Friggitello • Guajillo • Hungarian wax • Jalapeño • Medusa • Mulato • New Mexico (Anaheim) • Padrón • Pasilla • Peter • Pimiento • Poblano • Santa Fe Grande • Serrano • Shishito
C. annuum var. glabriusculum Piquín • Wild chiltepin
Sudah jelas dengan type cabai yang anda miliki?? Jika sudah jelas maka mari simak cara pemangkasan cabai yang dilakukan sejkak awal tanam. simak uraian berikut.
Step 1;
Tanam benih cabai anda sebaik mungkin, bisa dengan cara organik maupun anorganik, dengan cara konvensional maupun hidroponik. Terserah anda pilih bagaimana caranya sesuai kemampuan anda. Tumbuhkan sampi hampir terlihat calon bunga, atau terlihat calon cabang Y pertama. Jangan lebih dari itu, sebab akan semakin berkepanjangan fase vegetatif tanaman cabai anda. Lalu bagaimana jika memangkas terlalu muda? Juga kurang baik, meski terlihat lebih efisien namun cabai yang jumlah daun nya masih sedikit tentu memiliki jumlah akar yang sedikit. Akibatnya setelah dipangkas maka pertumbuhan nya tidak sepesat tanaman yang sudah terlanjur memiliki jumlah akar banyak. Tanaman yang memiliki jumlah daun banyak dan lebatr maka akan memunculkan tunas yang vigor dan sangat cepat bertumbuh. Jadi pastikan dipangkas dalam keadaan seperti gambar dibawah ini.
Step 2;
Potong ujung tanaman dan sisakan sekitar 10 cm dari pangkal tanaman, atau sekitar 9-10 daun.
Kemudian buang juga daun-daun yang berada di bagian paling atas dan bawah untuk memudahkan tunas baru untuk tumbuh dan terkena matahari langsung. Sisakan sekitar 3-5 lembar daun untuk tetap melakukan proses fotosintesis agar tanaman tetap tumbuh.
Setelah semua selesai dipangkas begini penampakan nya:
Dari ketiak daun yang dipotong tersebut nanti akan tumbuh cabang atau tunas baru sebagai ranting yang akan membawa banyak buah dan pertahankan 4-6 cabang yang paling bagus saja. Dicabang-cabang itu juga nanti akan keluar banyak bunga dan buah.
Setelah proses pemangkasan selesai, rawat dengan memberikan pemupukan dengan pupuk dominan N untuk mempercepat pertumbuhan tunas baru. Taruh di tempat yang terkena cahaya matahari secara langsung tanpa naungan untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Jika diperlukan maka sekaligus pindah ke dalam pot yang lebih besar untuk menopang pertumbuhan akar yang secara pesat akan tumbuh setelah dilakukan pemangkasan.
Step 3;
Setelah sekitar 2 minggu maka beberapa tunas muda sudah mulai tumbuh di beberapa titik. Jika dirasa terlalu rimbun dengan membesarkan semua tunas tersebut maka buang beberapa tunas yang tidak bagus posisi dan pertumbuhan nya.
Lakukan pemangkasan daun tua yang tersisa juga biar makin fokus dengan pertumbuhan daun baru.
Tanaman akan secara otomatis merespon kekurangan jumlah daun dengan membentuk daun-daun baru pada pertumbuhan berikutnya, jadi jangan kuatir dengan keseluruhan proses ini, tanaman tidak akan mati, malah justru semakin kuat karena sambil menunggu fase generatif tanaman akan membentuk pula akar yang semakin mantap dan kokoh yang mampu menopang semua cabang yang tumbuh pada tanaman cabai anda.
Tempatkan tanaman yang sudah selesai di pangkas tersebut di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Rawat dengan menjaga kelembaban media dan pemupukan yang diperlukan.
Step 4;
Setelah beberapa minggu maka tanaman anda akan berubah menjadi lebih rimbun d engan batang yang nampak kokoh dengan banyak sekali cabang. Beberapa cabang sudah menunjukan bunga, inilah saat nya membuahkan. Ketika tanaman anda masuk fase generatif seperti ini maka hanya tinggal mengatur tunas yang tumbuh, jika terdapat bagian yang terlalu rimbun bisa dipangkas kembali cabangnya sampai tanaman anda memiliki tajuk sesuai yang diharapkan.
Semua proses diatas sudah saya tes dan memberikan hasil positif pada 2014 yang lalu. Berikut hasil yang sudah saya praktikan dengan tutorial diatas:
Bagaimana? Tertarik untuk mencobnya? Jika artikel ini menarik, maka silahkan dibagikan agar semakin banyak yang mencobanya. Jangan lupa sarankan teman yang suka berkebun untuk like 
FP: Dedy Ranch Village “ Tips & Trick to Grow Food at Home ” ini.
Terimaksih,... Happy Gardenning.... (✿◠‿◠) (◡‿◡✿) (◕‿◕✿)
Untuk melihat video nya bisa disini => https://www.youtube.com/watch?v=z8P...

Sunday, February 28, 2016

Hidroponik Rakit Apung - Sederhana Tetapi Cocok Untuk Skala Besar

Hidroponik Rakit Apung - Sederhana Tetapi Cocok Untuk Skala Besar

Salah satu sistem hidroponik yang mudah dan murah adalah sistem rakit apung. Sistem ini termasuk sistem yang sederhana tetapi ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dan termasuk sistem yang dapat di-scaling up (diperbesar).

Sistem ini cocok untuk bagi orang yang ingin menanam hidroponik sayuran dengan hasil maksimal dengan biaya pembuatan yang murah dan mudah. Serta di daerah yang sering mati listrik. Karena sistem ini cukup toleran mati listrik untuk dalam waktu yang lama,

Sistem Apung yang Lebih Besar

Biasanya orang-orang juga menyebut sistem ini sistem deep water culture (DWC). Sistem ini mirip sistem wick, tanaman tumbuh pada wadah yang berisi air nutrisi. Hanya saja tidak ada sumbu, akar langsung kontak dengan air nutrisi.

Ringkasan

  • Biaya : Murah, menengah
  • Tingkat Kesulitan Pembuatan : Mudah
  • Tingkat Kesulitan Perawatan : Intermediet
  • Cocok untuk Tanaman : Tanaman yang ringan seperti sayuran daun, herbs, tanaman hias kecil. Tidak cocok untuk tanaman berat seperti cabai, tomat, melon, dsb
  • Kelebihan : Mudah pembuatan / perakitannya dan dapat diperbesar sistemnya untuk menanam tanaman yang lebih banyak(scaling up). Cukup aman jika mati lampu agak lama
  • Kelemahan : Akar mudah busuk jika oksigen dalam air kurang, Sangat perlu naungan dan tidak cocok untuk outdoor tanpa naungan karena nutrisi mudah bercampur hujan
  • Kebutuhan Listrik : perlu listrik untuk aerator, cukup toleran jika mati lampu

Prinsip Cara Kerja

Sistem ini memanfaatkan gaya apung pada papan untuk menopang tanaman. Papan yang digunakan biasanya berupa papan sterofoam yang dilubangi dengan lubang seukuran net pot yang digunakan

Tanaman tumbuh dengan akar yang konstan 24 jam berada dalam air nutrisi pada wadah. Dengan kontak dalam larutan nutrisi, akar dapat langsung menyerap hara yang ada pada air nutrisi dengan instan

Tetapi karena akar berada dalam air, akar memerlukan oksigen yang terlarut agar masih dapat bernafas. Maka dari itu salah satu cara agar oksigen terlarut pada air (aerasi) terus ada adalah dengan menggunakan aerator.

Walaupun sistem ini seperti sistem wick, kecepatan tumbuh tanaman pada sistem ini lebih cepat dibanding wick. Karena akar langsung kontak air nutrisi yang diberi aerator sehingga kaya oksigen (aerasi) secara menyeluruh.

Sedangkan sistem wick hanya memanfaatkan gap antar air dan papan media untuk mengambil udara dan daya serap akar pada larutan nutrisi bergantung pada daya kapiler pada wick.Maka dari itu sistem ini cukup layak digunakan untuk skala yang lebih besar.

Karena akar kontak langsung dan terus-menerus dengan air, maka penggunaan aerator dalam sistem ini sangat mutlak diperlukan supaya akar masih dapat bernafas.


Dengan menggunakan aerator, tanaman dapat tumbuh lebih cepat dengan sistem ini dan tidak mudah layu pada siang hari. Maka dari itu sistem ini cukup cocok skalanya diperbesar untuk sistem yang lebih besar

Sistem ini memanfaatkan sifat apung dari papan atau media untuk menopang tanaman. Jika water level turun atau naik, tanaman juga ikut turun atau naik menyesuaikan tinggi water level. Selain itu pembuatan sistem ini dari skala kecil hingga skala besar tidak terlalu memerlukan teknik yang rumit.

Walau memerlukan listrik, sistem ini cukup toleran jika mati listrik seharian. Karena akar tidak mudah kering karena selalu kontak dengan air. Jadi tanaman tidak langsung mati walau mati listrik lebih dari 3-4 jam.

Dibanding sistem wick, sistem apung lebih mudah untuk mengetahui kapan harus air diisi kembali. Karena tinggi papan mengikuti ketinggian air yang ada di wadah. Jika papan berada di bawah, berarti waktunya untuk wadah dikuras dibersihkan dan diisi kembali dengan air yang baru.

Bahan-bahan yang Diperlukan


  • Wadah atau Container apa saja dengan kedalaman minimal 20 cm maksimal 70 cm, berfungsi sebagai tempat / reservoir air nutrisi. Pilihlah wadah berwarna gelap agar tidak ditumbuhi alga dalam wadah. 
  • Papan apung bisa menggunakan papan sterofoam dengan ketebalan 3 cm - 5 cm
  • Aerator beserta selangnya bisa didapatkan di toko aquarium, beli yang berdaya 2W saja cukup untuk 9-16 tanaman
  • Air Stone juga bisa didapatkan di toko aquarium, biasanya sudah paketan dengan aerator. Tetapi sebaiknya pakai air stone dengan panjang 10-15 cm untuk memperluas permukaan aerasi


Alat-alat yang Digunakan


  • Solder untuk melubangi papan sterofoam
  • pH meter untuk mengukur pH air larutan
  • TDS / EC meter untuk mengetahui kepekatan konsentrasi nutrisi pada air larutan


Prinsip Pembuatan Sistem

Potong papan sterofoam menyesuaikan bentuk atas wadah dengan selisih jarak antar sisi sekitar 1-2 cm. Kemudian lubangi papan sterofoam dengan ukuran menyesuaikan net pot yang digunakan

Jarak antar lubang jika menanam selada 15-20 cm, jika menanam bayam, kangkung 10 cm

Kemudian susun alat-alat seperti gambar di bawah

Skema Rakit Apung

Jangan lupa untuk memberi garis atau tanda pada ketinggian terendah air dan papan pada wadah agar mudah mengetahui kapan waktunya isi ulang air.

Petunjuk Perawatan

Tanaman memasuki sistem setelah melewati masa semai dari sistem persemaian. Kemudian semaian tanaman diletakkan pada net pot sistem.

Karena akar tanaman terus menyerap hara dan air pada air nutrisi, pH dan TDS/EC harus dicek rutin dan dijaga 5,5-6,8 untuk pH dan 600-1200 ppm untuk TDS / EC 1,5-2. Waterlevel juga dijaga agar tidak kehabisan air.

Setiap seminggu sekali air nutrisi perlu diganti dengan yang baru. Saat selesai masa tanam, wadah perlu dibersihkan dan dikeringkan agar kuman penyakit tidak tumbuh.

Masalah yang Sering Terjadi pada Sistem Rakit Apung

Walaupun sistem rakit apung memiliki keunggulan punya toleransi yang tinggi jika mati lampu, sistem rakit apung memiliki kelemahan fatal yaitu tidak cocok untuk outdoor tanpa naungan. Karena jika hujan, air hujan akan mudah bercampur dengan air nutrisi. Akibatnya air nutrisi terbuang percuma.

Belum lagi air hujan membuat air dalam sistem meluap, akibatnya papan sterofoam yang berisi tanaman bisa jatuh meninggalkan wadah. Dan menyebabkan tanaman bisa rusak. Solusi untuk masalah ini, Anda harus membuat penahan pada sisi-sisi atas wadah agar papan sterofoam tidak keluar saat air meluap karena hujan.

Solusi umum untuk masalah hujan adalah Anda harus meletakkan sistem ini indoor di dalam greenhouse. Jika dirasa biaya untuk membuat greenhouse terlalu besar, Anda minimal membuat naungan dengan plastik mika atau plastik UV (saran saya gunakan UV agar awet). Dengan membuat naungan, air hujan setidaknya tidak banyak yang masuk ke dalam sistem terlalu banyak.

Untuk skala rumah tangga atau skala kecil, Anda bisa meletakkan di teras rumah yang terlindung hujan tapi masih bisa mendapat sinar matahari.

Contoh Bentuk Rangka Naungan Untuk Sistem Kecil

Jika tidak memungkinkan ditaruh di teras, Anda bisa membuat tudung yang berbahan rangka dari bambu, kawat, atau sejenisnya. Kemudian anda susun menyerupai tudung yang ukurannya menyesuaikan ukuran sistem rakit apung Anda. Dan selanjutnya Anda lapisi plastik.


sumber :http://taman-berkebun.blogspot.com/2015/08/prinsip-hidroponik-rakit-apung.html

Sunday, February 21, 2016

BUDIDAYA SAYURAN SISTIM VERTIKULTUR




BUDIDAYA SAYURAN SISTIM VERTIKULTUR 

PENDAHULUAN

Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem budidaya pertanian menggunakan teknologi vertikultur secara vertikal atau bertingkat ini merupakan sistim penghijauan yang sangat sesuai dan direkomendasikan untuk daerah perkotaan dengan lahan pekarangan yang terbatas atau sempit. Jika pada lahan seluas 1 meter2 biasanya hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, pada sistem vertikal menggunakan teknologi vertikultur bisa menghasilkan 24 – 27 batang tanaman tergantung jenis tanaman dan kebutuhan.

                Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat bervariasi dan banyak macamnya, tinggal menyesuaikan dengan kondisi dan keinginan, dapat berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa tingkatan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras yang dipasang pada dinding.
                Persyaratan aplikasi teknologi vertikultur yang harus dipenuhi dalam budidaya sayuran di lahan pekarangan yang sempit adalah harus memiliki nilai estetika atau keindahan, sehingga selain dapat menghasilkan sayuran sehat dan bergizi untuk dikonsumsi, juga dapat memperindah halaman rumah. Selain itu persyaratan lainnya adalah bahan harus kuat dan mudah untuk di pindahkan.
                 Demi menjaga keamanan dan keselamatan, penggunaan teknologi vertikultur sebaiknya disertai dengan penerapan budidaya bebas pestisida kimia atau sebaiknya menggunakan biopestisida. Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur ini dapat dilakukan di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga sehari-hari sehingga dapat menghemat

                  Keuntungan budidaya sayuran sistim vertikultur antara lain : 1). Efisien dalam penggunaan lahan, (2) Mudah dalam pemeliharaan, 3) Penghematan pemakaian pupuk dan biopestisida, (4) Praktis dan mudah dalam kontrol pertumbuhan rumput dan gulma., (5) Dapat dipindahkan dengan mudah. (6). Tanaman sayuran yang dipanen lebih bersih dan sehat.
                  Terdapat tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur dan akan diulas secara jelas pada buku ini , yaitu:
(1) Pembuatan tempat vertikultur.
(2) Penyiapan dan penggunaan pupuk organik.
(3) Penanaman dan pemeliharaan.

JENIS SAYURAN
             Semua jenis tanaman dapat ditanam menggunakan teknologi vertikultur dan pot, seperti a). tanaman sayur semusim antara lain sawi, selada, kubis, tomat, kucai, pakcoi, kangkung, bayam, kemangi, caisim, seledri, bawang daun, pare, gambas, timun, kemangi, kacang panjang dan lain-lainnya,
b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan
c) tanaman obat-obatan.

Namun vertikultur menggunakan paralon, bambu dan talang yang dibuat secara horizontal kurang sesuai untuk tanaman sayuran jenis buah seperti cabai. terong, tomat, buncis tegak, pare, kacang panjang karena pot tempat tanaman terlalu dangkal sehingga tidak cukup kuat untuk menahan tumbuh tegaknya sayuran. Sayuran buah cocok ditanam dalam pot, polybag sehingga yang dapat menampung media tanam dalam jumlah cukup banyak dan dapat menahan perakaran tanaman.

A. PEMBUATAN VERTIKULTUR
Pot atau bahan pembuatan pot tempat vertikultur tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik dan gerabah. Pemilihan

bahan pembuat pot atau tempat tanaman vertikutur disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar.

MODEL POT VERTIKULTUR
Tempat tanaman untuk teknologi vertikultur yang akan di ulas adalah
1). Talang air yang disusun bertingkat,
2). Paralon dengan pengaturan lobang tanaman secara berselang-seling.
3). Rak kayu untuk mengatur tanaman dalam polybag atau pot.

1. POT VERTIKULTUR BAHAN TALANG AIR
Salah satu bahan untuk membuat pot atau tempat tanaman dalam teknologi vertikultur adalah menggunakan rak besi dan talang air persegi yang biasa digunakan untuk menampung air pada atap rumah. Pot tempat tanaman dari bahan talang air ini sangat praktis dan dapat menghemat lahan. Meskipun diperlukan biaya yang cukup tinggi pada awal nya, namun bahan talang air ini dapat digunakan untuk selama sekitar 4-5 tahun dan rak besi yang digunakan dapat dmanfaatkan selamanya.

CARA MEMBUAT “POT” VERTIKULTUR DARI TALANG AIR Desain tempat tanaman menggunakan talang air dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sebagai penyangga talang air dapat dibuat rak dari bahan besi ukuran kecil atau diameter 10 mm dengan desain sesuai yang dikehendaki. Bentuk dan jumlah tingkat susunan tergantung selera dan tempat meletakkan tanaman vertikultur.

Tahapan pembuatan vertikultur bahan talang air : 
1. Buat rak untuk meletakkan talang air dengan desain sesuai selera dan tinggi susunan sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang dapat tertata dengan baik dan indah, susun rangkaian rak besi tersebut dengan jarak masing-masing tingkat adalah setinggi
talang air atau sekitar 10-15 cm. Maksud pembuatan rak dengan jarak antar rak setinggi talang air adalah untuk mengatur tanaman agar pada saat tanaman telah menjadi besar, maka yang terlihat adalah sekumpulan tanaman yang meninggi dan tidak terlihat lagi talang dan besi wadah tanaman tersebut

JARAK TINGGI  TALANG AIR

Gambar 1.
Rak besi dan talang air wadah tanaman setinggi 7 tingkat dengan jarak masing-masing tingkat adalah setinggi talang air.

2. Potong talang air dengan ukuran sesuai desain rak yang dikehendaki. Pada vertikultur talang air yang dibuat persegi empat, sambungan talang dapat menggunakan segitiga yang biasa digunakan untuk menyambung talang air. Beri lobang pada bagian bawah talang air menggunakan bor dengan diameter 0,5 cm tiap lobang dengan jarak antar lobang adalah 15-20 cm. Tutup ujung talang air menggunakan penutup talang.


Gambar 2.
Bagian bawah talang air diberi lobang untuk mengeluarkan air yang berlebih dalam media tanam Gambar


 Gambar 3.
Bagian ujung talang air yang ditutup menggunakan penutup talang/dop


Gambar 4.
Vertikultur menggunakan talang air 7 tingkat

Teknologi vertikultur sangat sesuai selain untuk menghias taman juga dapat memetik hasil panenan sayur dalam jumlah cukup banyak dengan menggunakan lahan yang relatif sempit. Sebagaimana Gambar 5. Teknologi vertikultur menggunakan talang air tujuh tingkat yang telah diberi tanaman sayuran sawi sendok, telah menghasilkan 45 kg sawi sendok.



Gambar 5.
Gunung sawi (talang air dan rak besi tidak tampak lagi) untuk lingkungan hijau lahan pekarangan


 Gambar 6.
Sawi dapat dipanen secara bertahap sesuai kebutuhan:

 

Gambar 7. Sayuran bayam pada teknologi vertikultur talang air 7 tingkat

 2. Vertikultur menggunakan Paralon Air Paralon Air dapat digunakan untuk membuat pot sistim vertikultur dan dapat menghemat penggunaan lahan. Paralon ukuran 6 inchi sepanjang 4 meter (1 lonjor) dapat dibagi 3 bagian dengan ukuran 130-135 cm. Setiap bagian sepanjang 130 cm dapat dibuat lobang untuk tanaman secara berselang-seling sebanyak 24 sampai 27 lobang dengan jarak antara 20 – 30 cm tergantung jenis tanaman sayuran yang akan ditanam (panjang akar dan tinggi tanaman). Untuk jenis tanaman slada air, sawi, daun bawang dapat dibuat 24 lobang pada paralon panjang 130 cm dengan jarak antar lobang adalah 20 cm. Untuk tanaman cabe, jarak antar lobang dalam satu baris dapat mencapai 30 cm, sehingga untuk tanaman cabe hanya dapat dibuat 12 lobang.

Cara membuat paralon untuk sistim vertikultur
1. Siapkan paralon ukuran 6 inchi dan setiap lonjor (panjang 4 ) dibagi 3 sehingga sehinga bisa menjadi 3 pot vertikultur paralon dengan panjang 130 cm dengan pembagian 20 cm merupakan bagian yang akan masuk ke dalam bantalan paralon.




Gambar 8. Paralon ukuran 6 Inchi dibagi menjadi 3 bagian,

Ukur dan beri tanda pada bagian yang akan dibuat lobang berselang seling
sebanyak 6 deret untuk setiap paralon, dan setiap deret di buat lobang
dengan jarak 20 atau 30 Cm tergantung jenis tanaman yang akan di tanam
pada paralon tersebut, sehingga akan dihasilkan 24 lobang.



Gambar 9. 
Berikan tanda bagian yang akan di lobang



Gambar 10.
Setiap paralon dibuat enam deret berselang seling dengan jarak 20 cm sehingga didapat 24 lobang Lobang berselang seling

2. Membuat lobang pada paralon menggunakan “BOR”
 Pot Vertikultur Paralon, dibuat menggunakan paralon yang biasa untuk instalasi air dengan berbagai ukuran dan kualitas. Semakin bagus kualitas paralon, biasanya semakin tebal dan keras, sehingga untuk membuat lobang pada paralon dapat menggunakan bor dengan mata bor bulat atau benda lain sesuai selera dengan bantuan “heat gun”. Untuk

Gambar 11.
BOR dan Mata BOR





Gambar 12.
Membuat lobang paralon menggunakan BOR

Untuk menahan media agar tidak jatuh maka bagian atas lobang dibiarkan menempel dan tidak dilepas. Untuk menekan bagian paralon yang telah di bor, paralon sebaiknya di lunakkan dengan menggunakan “heat gun”. Panasi menggunakan heat gun bagian yang akan di lekuk ke dalam, setelah cukup lunak baru di tekan.





Gambar 13.
Heat Gun yang digunakan untuk melunakkan bahan paralon agar dapat dibuat lobang.


Gambar 14. Proses pembuatan vertikultur dari paralon ukuran 6 inchi menggunakan Bor


Gambar 15.
Ditekan ke dalam setelah pemanasan menggunakan “heat gun” untuk menyangga media tanam tidak jatuh.




Gambar 16.
Pot paralon siap digunakan untuk budidaya sistim vertikultur







Gambar 17
Pemanfaatan pot vertikultur paralon dengan tanaman slada air merah dan hijau untuk lingkungan hijau halaman


B. SISTIM IRIGASI SELANG 

Penyiraman tanaman dalam pot vertikultur dilakukan dengan menggunakan sistim irigasi selang. Teknologi sistim irigasi selang pada prinsipnya menggunakan sarana paralon ukuran 0,5 inchi untuk menyalurkan air dari sumber air baik bak penampung air menggunakan tower ataupun langsung dari saluran air induk dan dipasang pada sepanjang pot vertikultur paralon dan pot vertikultur talang air. Penyaluran air untuk penyiraman tanaman dilakukan menggunakan selang yang dihubungkan dengan paralon irigasi menggunakan niple. Melalui selang air berukuran kecil, air dialirkan kepada setiap pot vertikultur paralon dan setiap tingkat pot vertikultur talang air. Untuk menghindarkan terjadi tumbuhnya “lumut” pada selang air, sebaiknya menggunakan selang berwarna hitam yang biasa digunakan untuk sistim fertigasi pada teknologi hidroponik. Pada vertikultur menggunakan pipa paralon, selang air dimasukkan ke dalam pipa paralon ukuran 0.5 inchi kemudian dari bagian bawah dimasukkan ke dalam pot vertikultur paralon sehingga terlihat rapi. Ujung selang bagian atas selanjutnya dimasukkan ke dalam pipa paralon 0.5 inchi yang telah diberi lobang untuk merembeskan air ke media tanam dalam pot vertikultur paralon.
            Dengan demikian penyiraman dapat dilakukan secara efektif dan praktis dengan cara membuka kran untuk masing-masing jalur air irigasi.


Gambar 17
Pemanfaatan pot vertikultur paralon dengan tanaman slada air merah dan hijau untuk lingkungan hijau halaman

Selang air di masukkan ke dalam pipa paralon 0.5 inchi di dalam pot vertikultur paralon sehingga selang air tidak tertekan oleh media tanam


Gambar 18
Menggunakan selang kecil untuk memasukkan air irigasi dan dimasukkan ke dalam paralon 0.5 inchi tanpa lobang.



Gambar 19 Penggunaan paralon 0.5 inchi untuk : 1). melindungi
selang air (tanpa lobang) yang dimasukkan dari bawah dan
2) untuk merembes air ke media tanam (diberi lobang).



Gambar 19
 Penggunaan paralon 0.5 inchi untuk :
1). melindungi selang air (tanpa lobang) yang dimasukkan dari bawah dan
2) untuk merembes air ke media tanam (diberi lobang).


Gambar 21.
Ujung selang dimasukkan ke dalam pipa paralon 0,5 inchi yang telah diberi lobang untuk merembes air.







Gambar 22.
Teknologi hemat lahan vertikultur menggunakan bahan paralon 6 inchi, tinggi 130 cm dengan 24 lobang tanam, dan untuk menghias lingkungan kawasan lokasi KRPL Kampung Sayur Gading Asri Patehan dan Kauman duaenamlima wilayah Kota Yogyakarta


PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN
Terdapat tiga tahap dalam proses penanaman, yaitu persemaian, pemindahan bibit dan pemeliharaan tanaman.

Persemaian

           Persemaian tanaman dilakukan terhadap benih atau biji yang berukuran kecil (kecuali bayam) untuk memudahkan dalam penanaman dan untuk mempercepat pertumbuhan bibit serta terhindar dari hama dan penyakit sebelum ditanam. Menyemaikan benih memerlukan wadah dan media persemaian. Media persemaian dapat menggunakan tanah subur (tanah dibawah tanaman bambu) atau campuran tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1. Tanah disaring menggunakan ayakan berdiameter 0,5 cm (strimin) sehingga butiran tanah menjadi lebih rata dan halus, lebih homogen dan bersih serta bebas dari campuran batu, kerikil, serta materi bukan tanah lainnya. Wadah untuk persemaian benih atau biji dapat
menggunakan nampan plastik yang diberi lobang pada bagian bawahnya untuk membuang kelebihan air. Masukkan tanah untuk persemaian pada nampan yang telah diberi lobang pada bagian bawahnya, diratakan dan diberi garis-garis untuk memberi tanda lobang-lobang meletakkan benih. Jarak garis dan lobang diatur agar bibit dapat tumbuh rata, teratur dan tidak berdempetan sehingga memudahkan sewaktu memindahkan. Sebelum benih atau biji ditanam dalam media persemaian, perlu melakukan seleksi benih/biji dengan cara benih direndam dalam air hangat-hangat kuku (± 45 – 50 ºC) selama 1 (satu) jam atau direndam menggunakan air biasa semalam. Gunakan benih yang tenggelam untuk di tanam dalam media persemaian. Jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya. Isikan 1 biji perlobang, letakkan dalam rumah bibit atau ruang yang aman, lakukan penyiraman menggunakan sprayer kecil dua kali sehari pada pagi dan sore hari.



Gambar 23.
Persemaian menggunakan nampan plastik, dan plastik



Gambar 24.
 Pembibitan menggunakan monotray, paralon kecil atau daun pisang dan dipelihara di dalam rumah bibit

Tunggu sampai muncul perkecambahan, lama pembibitan bergantung jenis tanamannya. Yang paling lama adalah pembibitan cabai, terung, dan tomat, yakni sekitar 6 – 8 minggu. Lainnya, untuk pembibitan selada dan sawi hanya 3 – 4 minggu dan untuk pembibitan kubis dan kembang bunga membutuhkan waktu 4 – 6 minggu.

Pemindahan bibit

Setelah bibit tumbuh dengan 5-6 helai daun sejati, bibit dapat dipindah ke dalam lobang paralon vertikultur atau pot vertikultur talang air. Pilih bibit yang tumbuh bagus dan sehat. Buatlah lubang-lubang kecil pada media tanam agar nantinya akar bibit tidak rusak. Pemindahan bibit ke media vertikultur talang air atau paralon tersebut harus sangat hati-hati, bibit diambil dengan pinset beserta akar dan sedikit tanahnya usahakan tanah masih menempel pada akar tanaman atau jangan sampai akarnya putusputus. Penanaman dilakukan pada sore atau pagi hari dengan
membenamkan bibit tanaman sampai batas leher akar. Pada teknologi vertikultur paralon dan talang air, benih atau biji dapat pula langsung di tanam pada lobang tanam dan dibiarkan bertumbuh, namun biasanya akan membutuhkan waktu lebih lama dan terkadang memerlukan sulaman benih jika terdapat benih yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya bibit kurang bagus.


Gambar 25.
Setelah tumbuh daun sejati 5 – 6 lembar bibit di pindah ke pot paralon vertikultur dengan hati-hati

Media Tanam 

Media tanam yang digunakan dalam budidaya sistim vertikultur menggunakan paralon sebaiknya dipilih yang mempunyai daya mencengkeram air cukup tinggi dan memiliki rongga. Porositas atau jumlah pori media tanam merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penanaman. Porositas media tanam menentukan kemampuan media dalam menyimpan dan meneruskan air sehingga tidak menggenangi akar, serta membantu akar melakukan proses aerasi. Media tanam merupakan tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang dan pertumbuhan perakaran dan batang sehingga dapat tegak. Tanaman menyerap makanan dalam bentuk unsur hara melalui akarnya. Formula media tanam yang memberikan hasil yang tinggi dan sesuai dalam implementasi teknologi vertikultur adalah campuran tanah, arang sekam (75% atau tidak seluruhnya menjadi arang), pupuk Organik/pupuk kandang dengan perbandingan adalah 1:1:1. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, kemudian melalui air diserap akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan pupuk menjamin tersedianya bahan yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Media tanam di dalam pot vertikultur paralon jangan terlalu padat agar air mudah mengalir dan akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, namun juga jangan terlalu renggang agar terdapat keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

Gambar 26.
Campurkan tanah, pupuk organik dan arang sekam secara merata dan tambahkan pupuk majemuk NPK

Tambahkan NPK (pupuk majemuk) dengan ukuran sekitar 10 gr ( 1 sendok makan) untuk setiap 10 kg media tanam.

Pemeliharaan : 

1. Mengingat sistem vertikultur cukup doyan air, maka penyiraman mutlak dibutuhkan, terlebih pada fase awal pertumbuhan. Lakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari. Caranya, siram dengan menggunakan gayung bertangkai atau selang dari tandon air. Jika dapat lakukan rekayasa dengan irigasi selang /tetes secara sederhana yang telah terpasang pada parlon.

2. Penyulaman jika terdapat tanaman yang mati, atau tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
3. Sebagai pedoman umum, pemupukan pada sistem vertikultur sayuran dapat dibagi menjadi dua. Pertama, pupuk dasar berupa urea atau ZA sebanyak 10 gram/tanaman, dan dicampurkan pada saat penyiapan media tanamnya. Yang kedua, pupuk susulan berupa TSP dan KCL, masing-masing sebanyak 10 gram/tanaman. Frekuensi pemupukan susulan ini diulang sekitar 5 – 7 kali selama pertumbuhan tanaman. Caranya, larutkan pupuk bersama air sebanyak 10 liter. Bagi ibu-ibu di perkotaan yang tidak terbiasa berbudidaya sayuran, perlu serba praktis dan cara yang paling mudah dengan pemupukan adalah dengan menggunakan pupuk cair (NPK) lengkap sebanyak 1 (satu) gram dicairkan dalam 1 (satu) liter air lalu disemprotkan ke daun tanaman sebanyak 100-250 cc pertanaman atau tergantung umur tanaman dengan interval 1-2 minggu sekali, atau cara ke dua dengan menggunakan NPK yang disiramkan pada media tanam bukan pada tanamannya. Dosis pupuk yang dianjurkan untuk fase pertumbuhan adalah 2 sendok makan NPK/10 liter air (1 ember) atau campuran urea + SP36 + KCl dengan perbandingan 2:1:1.

Gambar 27
Pemupukan dilakukan dengan menyemprotkan ke daun menggunakan Pupuk Organik Cair (POC) seminggu sekali

4). Biasanya, tanaman sayuran amat dinikmati hama. Seperti tanaman tomat yang sering diserang oleh ulat tanah (Agrotis Ipsilon) atau ulat buah (Helicaverpa armigera). Tanaman kubis yang diserang ulat daun (Plutella xylostella), atau tanaman brokoli yang disukai hama ulat jengkal (Chrysodeixis orichacea). Pengendalian hama penyakit sebaiknya dilakukan secara konvensional/mekanik dengan cara mencabut atau menggunting tanaman yang terserang hama penyakit Untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Lakukan pengendalian secara mekanis, karena areal penanaman vertikultur ini mudah dijangkau. Begitu mengetahui ada ulat, buang saja Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan Hindari pemakaian pestisida dan bila terpaksa gunakan pestisida yang selektif dan secara bijaksana.

5). Tanaman yang akan di tanam secara vertikultur menggunakan paralon ataupun talang air sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek, seperti : selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, sawi sendok dan tanaman sayuran daun lainnya. Pemanenan Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.

Aspek ekonomi implementasi vertikultur juga harus menjadi pertimbangan jika teknologi vertikultur digunakan untuk kegiaTan usaha. Jangan sampai input produksi menjadi lebih besar dari hasil penjualan tanaman.

PUSTAKA
Lukman, L. 2009. Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur. Balai Besar Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Jawa barat.





BEBERAPA TAMPILAN TANAMAN SAYURAN VERTIKULTUR PARALON
DI LOKASI MKRPL KOTA YOGYAKARTA






Teknologi hemat lahan vertikultur paralon dan talang air sangat sesuai untuk wilayah Kauman Kota Yogyakarta dengan jalan sempit dan padat penduduk.